JAKARTA — Nissan Motor Co. resmi menjual kantor pusat globalnya di Yokohama, Jepang, senilai 97 miliar yen atau sekitar Rp10 triliun. Langkah ini menjadi bagian dari restrukturisasi besar-besaran yang tengah ditempuh perusahaan untuk memperbaiki kondisi keuangan yang tertekan.
Dikutip dari Reuters, Nissan akan membukukan keuntungan luar biasa mencapai 73,9 miliar yen dari transaksi tersebut pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2026. Meski dijual, Nissan tidak akan pindah dari gedung tersebut karena kesepakatan dilakukan melalui skema sale and leaseback selama 20 tahun. Artinya, kepemilikan berganti, namun operasional tetap berjalan di lokasi yang sama.
Bangunan itu dibeli oleh MJI Godo Kaisha melalui perjanjian sewa bersama Mizuho Trust & Banking. Nilai pembayaran sewanya tidak dipublikasikan atas permintaan pembeli. Laporan menyebut perusahaan tujuan khusus yang disokong Minth Group—pabrikan komponen otomotif yang tercatat di Bursa Hong Kong dan dikelola unit ekuitas global KKR & Co—menjadi pihak yang mengambil alih aset tersebut dengan nilai sekitar 90 miliar yen.
Markas itu sudah menjadi pusat operasi Nissan sejak 2009 setelah pindah dari Ginza, Tokyo, dan menjadi simbol kembalinya perusahaan ke kota di mana Nissan pertama kali lahir.
Penjualan aset ini dilakukan di tengah kondisi keuangan Nissan yang memburuk. Produsen otomotif Jepang itu sebelumnya merencanakan pemangkasan sekitar 10.000 pegawai di seluruh dunia, sehingga total PHK mencapai 20.000 karyawan atau sekitar 15% dari tenaga kerja global.
Langkah efisiensi dilakukan karena penjualan di dua pasar terbesar mereka — Amerika Serikat dan China — terus merosot. Nissan bahkan memperkirakan akan menutup tahun fiskal yang berakhir Maret 2025 dengan rugi bersih antara 700 miliar hingga 750 miliar yen atau setara Rp75 triliun.
Kerugian tersebut dipicu oleh kegagalan mengejar tren mobil hybrid di pasar AS serta melemahnya daya saing mobil listrik mereka di China. Untuk memangkas beban, Nissan juga membatalkan sejumlah proyek, termasuk rencana pembangunan fasilitas baterai kendaraan listrik senilai US$1,1 miliar di Pulau Kyushu.
(Sumber – Kompas)

