JAKARTA — Farmaklik bersama OBATApps memperluas kolaborasi di bidang ekonomi digital pendidikan dengan menggandeng 177 perguruan tinggi farmasi di seluruh Indonesia. Langkah ini menandai perluasan peran OBATApps dari platform pembelajaran menjadi penyedia solusi bisnis bagi institusi kampus kesehatan.
Founder Farmaklik Grup, apt. Ridho Muhammad Sakti, menjelaskan bahwa potensi pendapatan kampus dapat tumbuh signifikan melalui sektor di luar mahasiswa. “Fokus OBATApps kini meluas pada pertumbuhan bisnis institusi. Lebih dari 40 persen potensi pendapatan kampus berasal dari sektor non-mahasiswa. Ekosistem yang OBATApps bangun akan memberikan pertumbuhan bersama, baik untuk akademik maupun bisnis,” ujarnya melalui keterangan pada Senin (24/11/2025).
Selama sembilan tahun berjalan, OBATApps telah mendukung lebih dari 250.000 mahasiswa farmasi melalui layanan pembelajaran digital. Platform tersebut diklaim berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi, kesiapan memasuki dunia kerja, serta membantu kelulusan Ujian Kompetensi.
Di sisi kelembagaan, OBATApps menyebut telah menjadi mitra bagi lebih dari 50 kampus dalam mencapai sasaran utama institusi, seperti akreditasi, Indikator Kinerja Utama (IKU), dan tingkat kelulusan uji kompetensi yang diklaim bisa mencapai 100 persen. Perluasan layanan kini mencakup penyediaan alat laboratorium serta kebutuhan praktik mahasiswa, menegaskan peran OBATApps dalam mendukung pertumbuhan ekonomi digital kampus.
Anggota DPD RI asal Bengkulu, Destita Khairilisani, menilai upaya ini sejalan dengan kebutuhan pemerataan kualitas pendidikan kesehatan. “OBATApps hadir bukan sekadar sebagai platform pembelajaran, tetapi juga inovasi teknologi yang mampu memperluas akses dan kualitas pendidikan di Indonesia. Ini langkah penting untuk menjawab tantangan pemerataan mutu pendidikan tinggi,” tuturnya.
Kolaborasi ini juga mendorong pembentukan lebih dari 150 koperasi kampus sebagai simpul usaha baru di perguruan tinggi. Model tersebut diharapkan menciptakan sumber pendapatan berkelanjutan bagi institusi di luar biaya kuliah.
Ketua Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia (APDFI) Yusmaniar menambahkan keterlibatan industri dalam inisiatif ini menunjukkan semakin terhubungnya ekosistem digital kampus farmasi dengan sektor usaha nasional maupun global. “Dampaknya juga akan dirasakan langsung oleh mahasiswa,” ujarnya.
(Sumber – Republika)

