SUMATERA — Korban tewas akibat rangkaian banjir dan bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah di Pulau Sumatera telah mencapai 81 orang, menurut data terbaru dari beberapa provinsi terdampak seperti Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.
Di Sumatera Utara, BPBD Sumatera Utara melaporkan bahwa dari total 123 korban terdampak di 13 kabupaten/kota, 47 orang meninggal dunia. Selain korban jiwa, terdapat 9 warga hilang dan 67 orang luka-luka. Daerah paling terdampak adalah Tapanuli Selatan — dengan total 73 korban: 15 meninggal dan 58 mengalami luka.
Sementara itu di Aceh, status tanggap darurat bencana hidrometeorologi tengah diterapkan selama 14 hari, sejak 28 November hingga 11 Desember 2025, menyusul banjir, tanah bergerak, dan longsor yang meluas di 16 kabupaten/kota akibat curah hujan tinggi serta kondisi geologi labil. BPBA mencatat 22 korban jiwa. Sebagian besar korban berasal dari Aceh Tengah, yakni 15 orang. Dampak bencana dirasakan oleh 3.817 kepala keluarga (≈ 119.988 jiwa), dan 6.998 KK (≈ 20.759 jiwa) di antaranya harus mengungsi. Dua kabupaten — Aceh Tengah dan Bener Meriah — kini terisolasi karena akses keluar-masuk tertutup akibat longsor. Bupati Aceh Tengah menyebut wilayahnya “betul-betul terkepung”.
Di Sumatera Barat, cuaca ekstrem juga memicu banjir, longsor, serta pohon tumbang di 14 titik di Kota Padang — tersebar di 17 kelurahan dan 7 kecamatan. Menurut BPBD Sumatera Barat, 12 orang tewas dan sekitar 12 ribu jiwa terdampak. Pemerintah provinsi mengatakan penanganan terhambat oleh material longsor, gangguan komunikasi, dan kerusakan infrastruktur vital.
Dengan perkembangan ini, jumlah korban tewas akibat bencana hidrometeorologi di seluruh Sumatera kini tercatat sebanyak 81 orang — belum termasuk mereka yang masih hilang. Pemerintah berencana menerjunkan bantuan melalui udara mengingat banyak akses darat terputus.
Koordinator PMK, Pratikno, meminta seluruh kementerian dan lembaga, baik pusat maupun daerah, untuk memprioritaskan keselamatan warga, termasuk pemenuhan kebutuhan dasar hingga tahap pemulihan pasca-bencana. Menurut dia, dalam beberapa hari terakhir, Siklon Tropis Senyar menyebabkan hujan sangat lebat di ketiga provinsi, yang memicu banjir, banjir bandang, dan longsor, serta mengganggu transportasi dan pelayaran.
Penanganan darurat dipimpin oleh BNPB, yang membentuk Posko Darurat di Tarutung untuk koordinasi penanganan secara terpadu. Operasi penyelamatan dan evakuasi menjadi prioritas, sementara persiapan pemulihan infrastruktur dan layanan dasar tengah dilakukan. Dalam kondisi banyak akses darat tertutup, bantuan pemerintah akan dikirim lewat udara.
Selain itu, kementerian terkait — seperti Kementerian PUPR — sudah mengerahkan alat berat untuk membersihkan material longsor dan membuka akses ke lokasi terdampak. Kementerian Kesehatan juga menyiagakan layanan medis dan tenaga kesehatan cadangan. Pemerintah daerah diberi keleluasaan menggunakan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) agar penanganan darurat bisa cepat. Operasi SAR oleh Basarnas tengah berlangsung di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat untuk mengevakuasi warga yang terisolasi atau mencari korban hilang.
(Sumber – Republika)

