SUMATERA – Jumlah korban meninggal akibat banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera terus bertambah. BNPB melaporkan sekitar 430 orang meninggal dunia hingga Ahad (30/11/2025) malam. Sebagian besar korban berada di Sumatera Utara dengan total 217 orang.
Sumatera Barat mencatat 129 korban meninggal, sedangkan Aceh mengalami 96 korban jiwa. Kepala BNPB, Letjen Suharyanto, menjelaskan peningkatan angka korban terjadi seiring berlangsungnya proses pencarian dan evakuasi korban hilang.
“Karena operasi pencarian, dan pertolongan oleh satgas gabungan ini, kita terus melakukan. Yang kemarin dinyatakan hilang, ditemukan (dalam kondisi meninggal dunia). Dan yang hilang juga bertambah,” ujar Suharyanto dalam konferensi pers di Silangit, Sumut.
Jumlah warga yang masih dinyatakan hilang mencapai 209 orang. Sementara itu, situasi di Sumatera Utara masih kritis karena bencana berlangsung di 13 kabupaten/kota dan akses ke sejumlah lokasi terhambat kondisi medan.
Lebih dari 12 ribu warga di Sumut mengungsi akibat rumah mereka terdampak banjir dan longsor. Distribusi pengungsi cukup besar, di antaranya 3.600 jiwa di Tapanuli Utara, 1.600 KK di Tapanuli Tengah, 4.661 jiwa di Tapanuli Selatan, 4.456 jiwa di Sibolga, 2.220 jiwa di Humbang Hasundutan, dan 1.376 jiwa di Mandailing Natal.
Di Aceh, bencana melanda sekitar 18 wilayah kabupaten/kota. Suharyanto menyebut:
“Untuk Aceh, korban jiwa menjadi 96 (orang meninggal dunia), yang berada di 11 kabupaten dan kota.”
Namun, ia menegaskan angka tersebut berpotensi naik karena masih ada daerah yang belum dapat dijangkau petugas akibat kerusakan akses.
Dalam laporan BNPB, Sumatera Barat mencatat 129 korban meninggal dan 118 warga hilang. Meski begitu, kondisi penanganan bencana di provinsi ini disebut relatif lebih baik.
“Dibandingkan Aceh dan Sumatera Utara, untuk Sumatera Barat ini jauh lebih pulih saat ini. Apalagi, dalam beberapa hari ini, sudah tidak ada lagi hujan,” kata Suharyanto.
BNPB menyebut jumlah pengungsi di seluruh wilayah terdampak mencapai 77.918 jiwa. Angka tersebut perlahan menurun karena sebagian warga sudah mulai kembali membersihkan rumah pada siang hari, meskipun masih menetap di tempat pengungsian pada malam hari.
“Rata-rata pengungsi ini, sudah kembali ke rumah untuk membersihkan rumah saat siang. Tetapi mereka kembali ke pengungsian saat malam,” kata Suharyanto.
(Sumber – Republika)

