Cortara - Indonesia Online News Logo Small

Bali Dilanda Banjir Terparah dalam 10 Tahun, Dua Tewas dan Ratusan Dievakuasi

DENPASAR — Banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Bali pada Rabu (10/09) disebut sebagai yang terparah dalam 10 tahun terakhir. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pelaksana BPBD Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya.

Akibat bencana tersebut, dua warga dilaporkan meninggal dunia dan lebih dari 200 orang harus dievakuasi dari lokasi terdampak.

“Jadi ada yang memang ditemukan korban, dua orang meninggal,” kata Gubernur Bali, Wayan Koster, saat memberikan keterangan kepada wartawan BBC Indonesia di Denpasar.

Kedua korban jiwa merupakan warga Kabupaten Jembrana. Sementara itu, BNPB mencatat banjir melanda lima wilayah administrasi di Bali, yakni Jembrana, Gianyar, Tabanan, Klungkung, dan Kota Denpasar.

Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Bali, I Wayan Juni Antara, menyatakan bahwa proses evakuasi masih terus berlangsung sejak Rabu pagi. Tim penyelamat telah dikerahkan sejak pukul 05.00 WITA dan masih bekerja hingga siang hari.

Menurut Juni, hujan yang mengguyur sejak Selasa (09/09) tidak kunjung reda hingga hari berikutnya. Akibatnya, sungai-sungai di Denpasar meluap dan membanjiri sejumlah kawasan. Banyak ruas jalan terendam air, menyebabkan akses transportasi terputus dan tidak bisa dilalui kendaraan.

Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar melaporkan bahwa hujan dengan intensitas ringan hingga lebat disertai angin kencang dan petir terjadi di sebagian besar wilayah Bali sejak Selasa pagi. Salah satu sungai yang meluap adalah Tukad Badung di kawasan Pasar Badung, Denpasar.

Faktor Penyebab Banjir

Kepala BPBD Bali, Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, mengungkapkan bahwa banjir dipicu oleh beberapa faktor:

  • Curah hujan ekstrem sejak Selasa (09/09)
  • Saluran air dan sungai yang tidak mampu menampung volume air
  • Timbunan sampah yang menghambat aliran
  • Dampak dari pembangunan yang tidak terencana

Ia menyoroti bahwa pembangunan infrastruktur yang masif, namun tidak diimbangi dengan pengelolaan saluran air yang baik, memperparah dampak banjir.

“Pembangunan ini masalah infrastruktur. Jaringan saluran air itu harus baik, dan aliran sungai juga terganggu karena dampak pembangunan,” ujar Gede Agung kepada Kumparan.

Gubernur Wayan Koster juga menyinggung pentingnya penanganan sampah, khususnya di kawasan Pasar Kumbasari, namun ia menegaskan bahwa curah hujan ekstrem tetap menjadi faktor utama.

Fenomena Cuaca Ekstrem

BBMKG Denpasar mengungkapkan bahwa cuaca buruk dalam dua hari terakhir dipicu oleh aktifnya gelombang ekuatorial Rossby, yang memicu pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan deras.

“Aktifnya gelombang ekuatorial Rossby di wilayah Bali dan sekitarnya mendukung pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan lebat,” ujar Wayan Musteana, Ketua Kelompok Kerja Operasional Meteorologi BBMKG Wilayah III, kepada Antara.

Ia menjelaskan bahwa kondisi ini diperparah oleh tingginya kelembaban udara dari permukaan hingga lapisan 500 milibar (mb). Gelombang Rossby Ekuator sendiri merupakan gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sekitar ekuator, dan bila aktif dapat meningkatkan curah hujan secara signifikan di wilayah yang dilewati.

BBMKG memprediksi bahwa kondisi ekstrem ini akan berangsur mereda mulai Kamis (11/09), seiring dengan peralihan musim dari kemarau ke musim hujan di wilayah Bali.

(Sumber – BBC Indonesia)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *