JAKARTA – Harga emas batangan Antam tercatat turun tajam hingga Rp177.000 per gram pada perdagangan Selasa (21/10). Penurunan ini menjadi yang terdalam sepanjang sejarah perdagangan emas di dalam negeri.
Mengacu pada data Logam Mulia, pergerakan harga emas domestik masih sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, harga emas di pasar internasional juga menjadi acuan utama bagi harga jual emas di Indonesia.
Pelemahan di pasar global terjadi setelah harga emas dunia yang sempat menembus rekor tertinggi di sekitar US$4.380 per troy ounce kini kembali merosot. Penguatan Dolar AS dan aksi ambil untung dari investor menjadi pemicu utama koreksi tersebut.
Indeks Dolar AS (DXY) tercatat mendekati level 98,84, posisi tertingginya dalam sepekan. Penguatan mata uang ini sudah berlangsung selama tiga hari berturut-turut terhadap enam mata uang utama dunia, sehingga menekan harga logam mulia.
Analis Dupoin, Andy Nugraha, menjelaskan bahwa berdasarkan pola candlestick harian dan indikator Moving Average (MA), tekanan jual terhadap emas semakin besar.
“Secara teknikal, tren jangka pendek XAU/USD saat ini berada dalam fase bearish, dengan peluang pelemahan menuju area psikologis US$4.000,” jelas Andy.
Namun, ia menambahkan, jika harga gagal menembus batas psikologis tersebut, potensi koreksi teknikal masih terbuka dengan target kenaikan di kisaran US$4.183.
Secara fundamental, penurunan harga emas turut dipengaruhi oleh turunnya permintaan fisik serta meningkatnya minat investor terhadap aset berisiko. Optimisme baru terhadap hubungan dagang Amerika Serikat dan Tiongkok juga membuat sebagian pelaku pasar beralih dari aset lindung nilai ke aset berisiko.
Andy mengingatkan bahwa ketidakpastian global masih tinggi dan dapat memicu volatilitas harga.
“Retorika Trump yang sering berubah-ubah serta negosiasi dagang yang belum stabil membuat pelaku pasar tetap waspada. Emas tetap menjadi instrumen lindung nilai penting di tengah risiko politik dan ekonomi global,” ujarnya.
Meskipun tren jangka pendek menunjukkan pelemahan, prospek emas dalam jangka menengah dinilai tetap positif. Berbagai faktor global seperti kebijakan moneter longgar, ketegangan geopolitik, hingga ketidakpastian fiskal di Amerika Serikat diperkirakan akan terus menjaga daya tarik emas sebagai aset pelindung nilai hingga akhir tahun.
(Sumber – DetikFinance)

