Cortara - Indonesia Online News Logo Small

HashMicro Dorong Peran AI untuk Perkuat Posisi Indonesia sebagai Manufacturing Hub 2026

JAKARTA – HashMicro, perusahaan penyedia solusi enterprise berbasis AI di Asia Tenggara, menilai Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat posisinya sebagai pusat manufaktur regional pada 2026. Peluang tersebut didukung oleh kinerja sektor manufaktur yang relatif solid sepanjang 2025, ditandai dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) yang konsisten berada di zona ekspansif dan termasuk tertinggi di kawasan ASEAN.

Kondisi tersebut mencerminkan aktivitas produksi, pemesanan baru, serta pemanfaatan kapasitas pabrik yang masih tumbuh stabil. Di saat yang sama, arus investasi asing langsung (FDI) ke sektor manufaktur juga terus meningkat dan melanjutkan tren positif sejak tahun sebelumnya.

Vice President of Strategic Communications HashMicro, Syifa Fadiyah, menyebut perkembangan ini menunjukkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap Indonesia sebagai basis produksi, bukan sekadar pasar konsumsi domestik. Meski demikian, ia menekankan bahwa fase menuju 2026 akan menjadi periode penentuan.

Menurut HashMicro, transformasi Indonesia menjadi manufacturing hub regional tidak cukup hanya mengandalkan ekspansi kapasitas. Tantangan utama justru muncul pada konsistensi kualitas, efisiensi biaya, serta pengelolaan operasi yang semakin kompleks, seiring bertambahnya skala dan lokasi produksi.

Indonesia memiliki kekuatan pada keragaman sektor manufaktur, mulai dari otomotif dan kendaraan listrik, petrokimia, hingga agro-processing. Namun, keragaman tersebut juga menuntut sistem manajemen operasional yang lebih terintegrasi, terutama untuk menjaga standar proses, kualitas, dan kepatuhan.

“Banyak perusahaan manufaktur Indonesia sebenarnya sudah memiliki kapasitas produksi yang kompetitif. Tantangannya adalah menjaga kualitas dan efisiensi ketika operasi menjadi semakin kompleks,” ujar Syifa.

Dalam konteks tersebut, HashMicro memandang digitalisasi operasional melalui sistem Enterprise Resource Planning (ERP) berbasis AI sebagai kebutuhan strategis. Integrasi data lintas fungsi ke dalam satu platform memungkinkan perusahaan memperoleh visibilitas menyeluruh terhadap kondisi operasional dan mengambil keputusan berbasis data real time.

Pemanfaatan AI di lini produksi juga membantu pemantauan kualitas secara berkelanjutan dengan mendeteksi potensi penyimpangan sejak dini. Pendekatan ini dinilai krusial bagi perusahaan yang menargetkan pasar ekspor, di mana konsistensi kualitas menjadi salah satu persyaratan utama.

Selain itu, analisis prediktif berbasis AI memungkinkan perusahaan mengantisipasi potensi keterlambatan produksi, ketidakseimbangan inventori, hingga gangguan rantai pasok. Standarisasi proses melalui ERP turut mengurangi ketergantungan pada individu tertentu dalam pengambilan keputusan.

“AI membantu mengubah pengalaman operasional yang tersebar menjadi pengetahuan yang bisa diakses oleh seluruh organisasi,” kata Syifa.

Di sisi rantai pasok, AI mendukung peramalan permintaan yang lebih akurat serta pengelolaan persediaan yang lebih adaptif terhadap dinamika pasar regional. Integrasi data produksi, logistik, dan keuangan juga memperkuat aspek kepatuhan melalui sistem yang transparan dan dapat diaudit.

HashMicro menegaskan bahwa AI perlu terintegrasi dalam alur kerja sehari-hari perusahaan, bukan sekadar menjadi proyek teknologi. Menjelang 2026, ketika data menjadi sumber daya strategis, kemampuan memanfaatkan informasi operasional dinilai akan berperan penting dalam menentukan posisi Indonesia di dalam rantai pasok regional.

Dengan dukungan momentum industri yang positif dan adopsi AI yang semakin terarah, peluang Indonesia untuk berkembang sebagai manufacturing hub Asia Tenggara dinilai semakin terbuka.

(Sumber – CNN Indonesia)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *