Cortara - Indonesia Online News Logo Small

IHSG Anjlok 3,5%, Lo Kheng Hong: Ini Waktu Emas Buru Saham “Mercy” di Harga “Bajaj”

JAKARTA — Investor senior Lo Kheng Hong menanggapi anjloknya pasar saham Indonesia pada sesi pertama perdagangan hari ini, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok lebih dari 3,5%. IHSG sempat bergerak di kisaran 7.959,17 hingga 8.354,67 dengan lebih dari 500 saham melemah. Nilai kapitalisasi pasar pun menyusut sekitar Rp639 triliun hanya dalam hitungan menit.

Meski pasar tengah bergejolak, Lo Kheng Hong justru melihat kondisi ini sebagai peluang emas bagi investor. Menurutnya, penurunan harga saham bukan alasan untuk panik, melainkan kesempatan membeli saham-saham berkualitas dengan harga diskon. “Penurunan harga saham adalah kesempatan bagi investor untuk membeli wonderful company dengan harga diskon,” ujarnya kepada CNBC Indonesia, Senin (27/10).

Anjloknya IHSG hari ini dipicu koreksi tajam pada saham-saham milik dua konglomerat besar, Prajogo Pangestu dan Hapsoro. Saham-saham grup Prajogo tercatat menyumbang penurunan hingga 84,8 poin terhadap indeks, dengan Barito Renewables Energy (BREN) jatuh ke level 8.000 dari sebelumnya di atas 9.000. Sementara itu, Dian Swastatika Sentosa (DSSA) menjadi penyumbang terbesar dengan penurunan 13,42%, menyeret indeks sebesar 52,64 poin.

Lo, yang dikenal sebagai penganut prinsip value investing, menjelaskan bahwa banyak saham perusahaan bagus di Bursa Efek Indonesia (BEI) kini diperdagangkan di bawah nilai wajarnya atau undervalued.

Namun, ia mengingatkan perlunya kecermatan dalam memilih saham. Ia mengibaratkan saham-saham potensial seperti mobil Mercedes-Benz yang dijual seharga Bajaj. “Di dunia nyata tidak ada yang menjual Mercy dengan harga Bajaj, tapi di bursa saham banyak,” ucapnya.

Menurutnya, kunci untuk menemukan perusahaan bagus terletak pada dua indikator utama: price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV). “Sebenarnya hanya soal tambah, kurang, kali, dan bagi. Simple, tapi sempurna,” katanya sambil tersenyum.

Setelah membeli saham dengan valuasi rendah, kata Lo, investor perlu bersabar menunggu momentum kenaikan harga. “Kesabaran adalah ilmu tingkat tinggi. Belajarnya setiap hari, ujiannya sering mendadak. Tapi investor yang lulus ujian itu akan mendapat cuan besar,” tambahnya.

Lo juga mengenang perjalanan panjangnya sebagai investor selama lebih dari tiga dekade. Ia mengaku sempat menjadi investor yang ikut-ikutan di awal kariernya, membeli saham tanpa analisis mendalam. “Waktu itu strategi saya bukan value investing. Saya beli saham IPO, begitu listing langsung saya jual. Tapi malah rugi,” kenangnya.

Seiring waktu, ia mulai belajar dari tokoh legendaris seperti Warren Buffett dan menerapkan strategi investasi berbasis nilai serta manajemen risiko. “Sekarang saya lebih fokus pada keamanan (safety), bukan mengejar saham yang sudah naik, tapi mencari yang belum naik,” ujarnya.

Lo menilai situasi pasar saat ini mirip dengan masa pandemi, ketika banyak investor melepas saham-saham berfundamental kuat karena kepanikan jangka pendek. Ia optimistis bahwa dalam jangka panjang pasar akan menyeleksi dan menghargai saham-saham dengan kinerja serta prospek terbaik. “Untuk jangka panjang, pasar akan menyeleksi saham-saham yang benar-benar punya prospek bagus,” pungkasnya.

(Sumber – CNBC Indonesia)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *