JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada sesi pertama perdagangan Jumat (5/12/2025). Indeks naik 15,78 poin atau 0,18% ke posisi 8.655,97. Aktivitas pasar tercatat cukup tinggi dengan nilai transaksi mencapai Rp10,40 triliun dari 25,91 miliar saham yang berpindah tangan dalam 1,52 juta transaksi. Sebanyak 368 saham terapresiasi, 280 stagnan, dan 150 lainnya melemah. Kapitalisasi pasar pun meningkat menjadi Rp15.910 triliun.
Hampir seluruh sektor bergerak positif, terutama teknologi dan konsumer non-primer yang mencatat penguatan paling menonjol. Sebaliknya, sektor kesehatan, energi, dan konsumer primer justru mengalami koreksi. Emiten seperti ASII, MORA, CUAN, CASA, dan IMPC menjadi penopang utama penguatan indeks, sementara DSSA, BBRI, BMRI, AMMN, dan INKP memberi tekanan pada IHSG.
Pada penutupan pekan ini, perhatian pelaku pasar turut tertuju pada serangkaian data ekonomi global dari Amerika Serikat. Kenaikan angka pengangguran AS dapat menjadi sentimen positif bagi pasar, karena membuka peluang lebih besar terhadap kebijakan pemangkasan suku bunga The Fed.
Dari sisi domestik, investor menunggu rilis dua indikator penting dari Bank Indonesia, yakni cadangan devisa dan uang primer periode November 2025. Kedua data tersebut dianggap penting untuk mengukur ketahanan likuiditas dan stabilitas eksternal Indonesia menjelang akhir tahun.
Dalam laporan Indonesia Equity 2026 Outlook, JP Morgan Indonesia memproyeksikan peluang IHSG menembus 10.000 pada 2026, seiring pulihnya ekonomi pasca-tahun politik. Executive Director JP Morgan, Henry Wibowo, mengatakan peningkatan belanja pemerintah pada 2026 akan menjadi salah satu pendorong utama. Ia menegaskan proyeksi tersebut didukung oleh stimulus melalui anggaran fiskal dan dukungan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Dalam proyeksi JP Morgan, skenario optimistis (bull case) menempatkan IHSG di level 10.000, sedangkan skenario pesimistis (bear case) berada di kisaran 7.800.
(Sumber – CNBC Indonesia)

