Cortara - Indonesia Online News Logo Small

IHSG Sesi I Ditutup Naik 105 Poin ke 8.258, Sentimen BI Bikin Pasar Waspada

JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 105,78 poin atau sekitar 1,30%, sehingga berada di level 8.258,33 pada akhir perdagangan sesi I hari ini, Kamis (23/10/2025). Dari sisi pergerakan saham, tercatat sebanyak 418 emiten mengalami kenaikan, 238 emiten melemah, dan 152 emiten stagnan.

Kenaikan IHSG kali ini ditopang oleh penguatan di seluruh indeks sektoral. Tiga sektor yang mencatatkan kinerja terbaik adalah sektor properti yang melonjak 3,52%, sektor transportasi yang naik 2,79%, serta sektor barang konsumen non-siklikal yang turut menguat 2,42%. Penguatan merata di berbagai sektor ini menandakan meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi domestik menjelang akhir Oktober.

Dari sisi aktivitas perdagangan, total volume saham yang ditransaksikan hingga akhir sesi I mencapai 17,37 miliar lembar dengan nilai transaksi sekitar Rp 11,09 triliun. Aktivitas perdagangan yang cukup tinggi ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap pasar saham masih terjaga di tengah dinamika ekonomi global yang fluktuatif.

Beberapa saham unggulan yang memimpin penguatan pada kelompok LQ45 antara lain UNVR (PT Unilever Indonesia Tbk) yang naik 7,25%, TLKM (PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk) yang menguat 6,98%, serta EXCL (PT XL Smart Telecom Sejahtera Tbk) yang naik 6,61%. Sementara itu, saham yang mengalami pelemahan antara lain MDKA (PT Merdeka Copper Gold Tbk) yang turun 1,32%, SCMA (PT Surya Citra Media Tbk) yang melemah 1,11%, dan JSMR (PT Jasa Marga (Persero) Tbk) yang turun 0,98%.

Secara umum, penguatan IHSG kali ini mencerminkan optimisme pasar terhadap stabilitas ekonomi nasional dan sentimen positif dari sektor-sektor utama yang menunjukkan pemulihan. Namun demikian, para analis mengingatkan agar investor tetap berhati-hati terhadap potensi koreksi jangka pendek, terutama menjelang pengumuman data ekonomi global serta kebijakan suku bunga dari sejumlah bank sentral dunia. Selain itu, kebijakan suku bunga Bank Indonesia yang cenderung ketat guna menjaga stabilitas rupiah dan mengendalikan inflasi juga perlu diperhatikan, karena dapat memengaruhi likuiditas pasar dan arah investasi ke depan.

(Sumber – KONTAN)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *