Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan bahwa pasokan daging ayam untuk kebutuhan dalam negeri aman, bahkan dalam kondisi surplus produksi.
“Pada 2024, kebutuhan daging ayam nasional adalah sebesar 3,72 juta ton per tahun, dengan produksi mencapai 3,84 juta ton. Jadi, kita ada surplus sebesar 0,12 juta ton,” kata Direktur Kesehatan Hewan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Kementan, I Ketut Wirata, di Jakarta, Kamis.
Wirata menekankan, kelebihan produksi ini perlu diimbangi dengan peningkatan konsumsi daging ayam sebagai sumber protein hewani masyarakat Indonesia. “Sebagai negara industri perunggasan terbesar di Asia Tenggara, potensi kita masih sangat besar untuk meningkatkan konsumsi daging ayam dalam negeri,” ujarnya.
Menurutnya, surplus produksi bisa diarahkan untuk mendukung program perbaikan gizi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Ia menilai, konsumsi protein hewani yang lebih tinggi akan membawa efek ganda, mulai dari perbaikan status gizi hingga pertumbuhan ekonomi. “Peningkatan konsumsi protein hewani akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia,” kata dia.
Selain itu, peningkatan produksi daging ayam dan pangan lain juga diharapkan menopang sejumlah program prioritas pemerintah, termasuk makan bergizi gratis (MBG) dan swasembada pangan. “Melalui program MBG, para penerima manfaat nantinya akan mendapatkan asupan makanan yang bergizi yang mengandung sumber nutrisi sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka,” ujar Wirata.
Pemerintah, lanjutnya, tengah menargetkan pembangunan sedikitnya 32 ribu satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) pada 2025. Program tersebut diproyeksikan menjangkau sekitar 82,9 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia melalui kerja sama strategis lintas kementerian dan lembaga.
(Sumber – Antara)

