JAKARTA – PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) dan PT Eka Mas Republik (MyRepublic Indonesia) resmi menyepakati penggabungan usaha. Dalam aksi korporasi ini, Moratelindo akan menjadi entitas yang bertahan dan selanjutnya berganti nama menjadi PT Ekamas Mora Republik Tbk.
Pasca-merger efektif, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) akan menjadi pemegang saham pengendali tidak langsung atas entitas hasil penggabungan tersebut. Manajemen menilai konsolidasi ini akan membentuk perusahaan yang lebih solid dan kompetitif dibandingkan ketika kedua entitas beroperasi secara terpisah, seiring penggabungan kekuatan jaringan yang saling melengkapi.
Moratelindo dikenal sebagai penyedia akses jaringan (NAP) dan layanan internet (ISP), sekaligus salah satu operator jaringan tulang punggung serat optik terbesar di Indonesia. Hingga September 2025, Moratelindo mengoperasikan lebih dari 57 ribu kilometer jaringan fiber optik, enam pusat data berkapasitas total 3,3 megawatt, melayani lebih dari 16,8 ribu pelanggan enterprise, hampir 1 juta homepass, serta sekitar 296 ribu pelanggan ritel.
Sementara itu, MyRepublic Indonesia—anak usaha DSSA—berfokus pada layanan fiber to the home (FTTH). Per September 2025, perusahaan ini melayani lebih dari 1,52 juta pelanggan ritel dengan kecepatan internet hingga 1 Gbps, didukung jaringan fiber sepanjang lebih dari 58 ribu kilometer dan sekitar 8,7 juta homepass.
Presiden Direktur DSSA, Krisnan Cahya, menyampaikan bahwa merger ini sejalan dengan agenda nasional penguatan ekosistem digital. “Melalui penguatan jangkauan jaringan dan peluncuran berkelanjutan, kita bisa mendorong ekosistem digital lokal yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya di Jakarta, Kamis (18/12).
Direktur Utama dan CEO Moratelindo Jimmy Kadir menambahkan, penggabungan ini membuka ruang pertumbuhan yang lebih luas. “Cakupan jaringan dan kapasitas infrastruktur yang saling melengkapi dapat menghadirkan layanan yang lebih stabil, cepat, dan cakupan lebih luas bagi pelanggan, sekaligus mempercepat ekspansi jaringan secara optimal,” jelasnya.
Sementara Direktur Utama dan CEO MyRepublic Indonesia Timotius Max Sulaiman menilai merger sebagai langkah strategis untuk membangun sinergi finansial jangka panjang. “Melalui optimalisasi biaya operasional dan menghindari duplikasi belanja modal dan pembangunan infrastruktur, yang dapat dilakukan melalui utilisasi aset jaringan backbone hingga last mile,” sebutnya.
Rencana penggabungan ini telah memperoleh persetujuan direksi dan dewan komisaris masing-masing perusahaan, dan saat ini menunggu restu regulator serta pemegang saham. Jika seluruh persyaratan terpenuhi, penyelesaian merger ditargetkan berlangsung pada semester pertama 2026.
Manajemen optimistis, sinergi strategis, finansial, dan operasional dari aksi korporasi ini akan memperkuat kualitas layanan, mempercepat pemerataan infrastruktur digital nasional, serta menciptakan nilai tambah bagi pelanggan, karyawan, negara, dan pemegang saham.
Di sisi pasar, saham MORA mencatat lonjakan signifikan sepanjang tahun berjalan. Dari posisi Rp 430 di awal tahun, saham MORA ditutup di level Rp 11.575 pada perdagangan terakhir, atau melonjak sekitar 2.591,86% secara year to date.
Adapun per 30 November 2025, penerima manfaat akhir MORA tercatat Farida Bau, yang mengendalikan 35,99% saham melalui PT Chandrakarya Multikreasi. Selain itu, PT Gema Lintas Benua menguasai 30,18% saham, sementara 18,32% dimiliki PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (EXCL).
(Sumber – CNBC Indonesia)

