JAKARTA – PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menyatakan dukungan atas langkah pemerintah menindak peredaran rokok ilegal. Kebijakan tersebut dinilai penting untuk melindungi industri yang beroperasi sesuai ketentuan serta memperkuat kontribusi sektor tembakau terhadap penerimaan negara.
Presiden Direktur HMSP Ivan Cahyadi dalam paparan publik di Jakarta, Rabu, menegaskan bahwa penertiban rokok tanpa cukai membantu memulihkan iklim usaha yang selama ini tertekan oleh maraknya produk ilegal. “Kami berterima kasih karena kebijakan-kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah pro-bisnis dan pro-ekonomi, dan kami juga mengapresiasi adanya penertiban terhadap rokok ilegal,” ujarnya.
Ivan juga melihat momentum pemulihan ekonomi dan komitmen penegakan aturan sebagai peluang bagi industri legal untuk berkontribusi lebih besar ke kas negara. Ia mengapresiasi keputusan pemerintah yang mempertahankan tarif cukai rokok untuk tahun ini dan tahun depan. “Semoga ini terus berkelanjutan dan semakin baik lagi, sehingga industri yang legal bisa berkembang dan bisa lebih berkontribusi kepada pemerintah. Karena tahun lalu aja kita sekitar Rp85 triliun untuk kontribusi pembayaran pajak Sampoerna dan cukai,” kata Ivan.
Hingga kuartal III 2025, Sampoerna mencatat pangsa pasar 30,9 persen dengan volume penjualan 59,4 miliar batang. Penjualan bersih mencapai Rp83,7 triliun atau turun 5,3 persen secara tahunan. Laba bersih perusahaan sebesar Rp4,5 triliun, menurun 13,7 persen year on year, namun membaik dibanding semester I 2025 ketika penurunan mencapai 36 persen. Pelemahan daya beli dan pergeseran konsumen ke produk murah—serta peredaran rokok ilegal—menjadi tekanan utama kinerja.
Di tengah dinamika tersebut, perusahaan tetap menjalankan transformasi portofolio untuk memperkuat produk lintas segmen, baik rokok konvensional maupun produk bebas asap. ”Transformasi yang kami jalankan berfokus pada penerapan strategi portofolio lintas segmen yang mengedepankan inovasi untuk menjawab preferensi konsumen dewasa,” ujar Ivan.
Sampoerna juga menyoroti kontribusinya terhadap ekonomi nasional. Perusahaan mempekerjakan lebih dari 90.000 tenaga kerja langsung dan tidak langsung melalui sembilan fasilitas produksi di Jawa dan 43 mitra produksi sigaret (MPS). Di hulu, Sampoerna bermitra dengan lebih dari 19.500 petani tembakau dan cengkih.
Melalui program Sampoerna Retail Community (SRC), lebih dari 250.000 toko kelontong telah diberdayakan, dengan 90 persen yang kini terhubung dalam ekosistem digital AYO by SRC. Sementara itu, Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) mencatat lebih dari 97.000 peserta pelatihan dengan 1.600 UMKM memperoleh pendampingan lanjutan. Sekitar 200 di antaranya telah berhasil masuk pasar ekspor dan 80 persen telah bertransformasi secara digital.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan rencana kenaikan cukai rokok pada 2026 dibatalkan. Pemerintah menyiapkan strategi alternatif untuk menjaga penerimaan negara, salah satunya memperluas Kawasan Industri Hasil Tembakau. Purbaya menyebut pemerintah akan menarik pembuat rokok ilegal masuk ke kawasan khusus tersebut agar dapat mengikuti sistem yang sama dan membayar pajak sesuai ketentuan.
(Sumber – ANTARA)

